Benarkah Pendaki Gunung adalah Suami Ideal ?

Pendaki Gunung adalah suami ideal

Banyak penyataan ataupun anggapan yang mengatakan bahwa "Suami Ideal adalah Pendaki Gunung". Namun apakah kalimat tersebut mempunyai dasar yang jelas kenapa Pendaki Gunung bisa di sebut sebagai suami ideal. Mungkin anggapan tersebut benar, jika Pendaki Gunung mempunyai beberapa sifat sebagai berikut :


  1. Tanggung Jawab. 
    Seorang suami adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam banyak hal, terutama keluarganya yaitu istri dan anaknya atau bahkan orangtuanya. Sama halnya dengan seorang Pendaki Gunung dia juga harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, baik pada diri sendiri, teman maupun tanggung jawab pada alam.

  2. Leadership.
    Dalam rumah tangga seorang suami tentunya harus menjadi pemimpin atau imam yang baik, yang bisa di taati oleh istrinya dan menjadi panutan anak-anaknya. Serupa dengan Pendaki Gunung, kita juga harus memiliki dan menjada sifat leadership jika kita memang menjadi ketua tim pendakian, namun jika tidak pun kita tetap harus memimpin diri kita sendiri, terutama dalam hal mengalahkan egoisme.
  3. Mandiri.
    Seorang suami yang sudah menikah hendaknya sudah benar-benar mandiri, karena sekarang dia berkewajiban menghidupi anak dan istrinya. Namun memang tidak semua suami sudah mandiri, jika memang nikab bertujuan untuk ibadah, tanpa menunggu mandiripun tetap harus dilaksanakan. Kalau untuk seorang pendaki Gunung, mandiri merupakan salah satu perioritas, bagaimana kita hidup di alam yang jauh dari dukungan sanak famili. Kita dituntut untuk bisa mandiri dan tidak banyak merepotkan teman kita yang lain.

  4. Pantang menyerah.
    Membangun suatu rumah tangga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Berumah tangga membutuhkan sebuah sifat pantang menyerah, karena untuk menyatukan persepsi dan banyak perbedaan lainya, tentu membutuhkan banyak pengorbanan dan banyak ujian yang harus di lewati.

    Seperti halnya mendaki gunung juga di butuhkan sifat pantang menyerah, karena saat kita sudah begitu lelah melangkah namun tujuan masih jauh dan kita menyerah, maka kita sudah kalah dengan diri kita sendiri, namun memang jika kondisi tidak memungkinkan, maka pendakian hendaknya tidak dilanjutkan atau di tunda. Di tunda maupun tidak dilanjutkan disini tentunya berbeda arti dengan menyerah.
  5. Tidak egois.
    Saat berumah tangga tentunya banyak perbedaan pemikiran antara suami dan istri, hal ini dapat menimbulkan masalah jika kedua-duanya kukuh dengan pendapatnya masing-masing. Namun jika salah satu mengalah dan menuruti kemauan pasangan kita, maka hal ini tidak akan berdampak buruk, jika keputusan yang diambil.
Jika anda sudah memenuhi  6 kriteria di atas, mungkin anda memang suami atau calon suami ideal. Semoga anda yang sudah menemukan jodoh akan di beri kelanggengan dan keharmonisan, dan untuk anda yang masih jomblo, semoga lekas mendapatkan jodoh yang terbaik, kalau bisa juga pendaki gunung, biar bisa naik gunung bersama-sama.

Ada juga pepatah yang berkata "Jodoh itu seperti mendaki Gunung, pilih dia yang mau menemanimu dari bawah, bukan yang menunggumu di puncak". Maksudnya adalah memilih jodoh yang mau bersama kita saat kita belum punya banyak harta dan kejayaan, dia yang mau bersama kita saat kita hidup susah dan mau berjuang bersama, bukan yang menunggu kita saat kita sudah banyak harta dan berada di puncak kejayaan.


Terima kasih dan semoga bermanfaat, semoga anda menemukan cinta sejati anda di pendakian gunung.  

Tips Agar Anda Tidak Tersesat Saat Mendaki Gunung

Tips Agar Anda Tidak Tersesat Saat Mendaki Gunung
Di tahun ini saya sering sekali mendengar berita tentang pendaki yang tersesat di beberapa Gunung di Indonesia, bahkan banyak pula yang sampai ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa begitu banyak kejadian pendaki hilang atau tersesat. Apakah karena pendaki tersebut sembrono, atau belum mengenal medan dan punya cukup ilmu dalam pendakian, atau sengaja menyesatkan diri? 



Berikut ada beberapa himbauan agar anda tidak tersesat saat mendaki Gunung .

  1. Kenali rute atau jalur pendakian sebelum mulai melakukan pendakian. 
    Hal ini dapat di lakukan dengan memcaca, mengamati dan mencermati peta yang di berikan oleh petugas di Basecamp saat anda datang untuk registrasi. Pelajarilah baik-baik rute yang akan anda ambil untuk mendaki gunung tersebut.

  2. Gunakan pemandu. 
    Jika anda tidak yakin dengan jalur yang akan anda ambil untuk melakukan pendakian, maka jangan ragu untuk membawa teman anda yang sudah pernah mendaki gunung tersebut dan tahu jalur pendakianya. Pilihan lainya jika tidak ada yang tahu tentang jalur pendakian tersebut adalah bergabung dengan rombongan pendaki lain yang lebih mengenal medan anda bisa menyewa Pemandu atau Guide. 

  3. Tinggalkan Jejak
    Buatlah jejak misalnya dengan mengikatkan tali rafia ke ranting pohon di samping kanan kiri jalur yang anda lewati. Hal ini sangat membantu anda jika nantinya memang tersesat, baik untuk kembali maupun untuk tim yang mencari anda.

  4. Bertanyalah jika ragu.
    Jangan pernah malu untuk bertanya pada pendaki lain saat anda menemukan keraguan dalam memilih jalan di sebuah persimpangan. Anda juga bisa bertanya pada pendaki yang sedang turun karena mereka sudah tau jalurnya.

  5. Bawalah peralatan Navigasi.
    Peralatan navigasi (kompas, GPS,dll) merupakan hal yang sangat penting jika anda melakukan pendakian. Alat ini akan menunjukkan arah atau bahkan menujukkan posisi anda.
  6. Catatlah Nomor Basecamp atau SAR.
    Untuk antisioasi jika ada atau anda membutuhkan pertolongan darurat.
     
  7. Jangan Sombong.
    Gunung bukanlah tempat kita, kita hanya tamu, maka tetaplah jaga kesopanan dalam melakukan pendakian. Hal yang tidak terlihat menurut saya juga jadi faktor x jika ada kasus tersesat di gunung. Maka mendakilah dengan santun, hormati semua mahluk ciptaan Tuhan. Karena kita hanya tamu di tempat mereka.
Semoga bermanfaat, Salam Lestari.

Mendaki saat sedang berpuasa

Mendaki saat sedang berpuasa

Ramdhan telah datang, tiba bagi kita yang beragama Islam untuk menjalankan kewajiban kita yaitu berpuasa. Namun bagi anda para petualang, jika memang anda tetap mau melakukan kegiatan alam anda, walaupun sedang berpuasa, saya mempunyai beberapa saran untuk anda :

  1. Lihat dulu kondisi anda. Jangan pernah memaksakan sesuatu di luar kemampuan anda, jika memang anda sedang dalam kondisi 100% sehat untuk melakukan pendakian di saat sedang berpuasa, maka lanjutkanlah.
  2. Aturlah porsi makan. Saat makan sahur aturlah porsinya dan kandungan yang terdapat pada makanan tersebut. Makan makanan yang mengandung banyak tenaga dan tahan lama di perut anda, misalnya daging, kemudian minumlah air secukupnya, kalau bisa minum susu agar lebih bertenaga.
  3. Atur waktu pendakian. Saat anda sedang berpuasa, alangkah baiknya jika anda mendaki pada malam hari. Karena waktu ini tidak di gunakan untuk berpuasa, jadi anda bisa leluasa untuk makan tanpa khawatir akan kelaparan atau dehidrasi.
  4. Pakailah tutup kepala saat siang hari agar tidak terlalu panas. hal ini juga agar anda tidak mudah haus dan cepat dehidrasi. saya sarankan menggunakan topi, kalau menggunakan payung saya rasa akan mengganggu pergerakan anda.
  5. Bawalah perlengkapan secukupnya. Karena anda mendaki saat berpuasa, maka bawalah perlengkapan secukupnya saja, atau mungkin bawalah teman yang bisa membantu anda membawa perlengkapan anda.
  6. Pilihlah Gunung dengan rute yang ringan. Hal yang bijak yang bisa anda lakukan jika tetap mau mendaki di saat sedang berpuasa adalah memilih gunung yang tepat. Gunung dengan rute yang ringan agar anda tidak cepat kelelahan. Mungkin Gunung Ungaran atau Gunung Prau bisa jadi pilihan untuk anda.
  7. Pilihlah jalur yang tepat. Selain Gunung yang tepat, pilih juga jalur yang tepat agar perjalanan dan tenaga anda tetap efisien. Usahakan Jalur yang tidak tandus atau Jalur yang banyak terdapat pepohonan, pohon bisa anda gunakan untuk istirahat.
  8. Aturlah tempo berjalan dalam melakukan pendakian. berjalanlah dengan langkah yang tidak terlalu cepat untuk menghemat tenaga anda.
  9. Tetaplah kerjakan kewajiban kita kepada Alloh SWT. 

Semoga bermanfaat. 
Selamat Berpuasa dan Salam Lestari.

Pendakian Gunung Salak Via Cidahu Sukabumi

Pendakian Gunung Salak Via Cidahu Sukabumi
Pada tulisan kali ini saya akan berbagi info tentang Gunung Salak, Gunung ini merupakan sebuah gunung yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Gunung salak mempunyai beberapa puncak 2 yaitu puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 mdpl dan puncak Salak II dengan ketinggian 2.180 mdpl. 

Pendakian gunung salak ini bisa dilakukan lewat empat alternatif rute pendakian yaitu: Rute Pendakian Gunung Salak Via Cidahu (Sukabumi), Jalur Giri Jaya (Curug Pilung), Jalur Kutajaya, Jalur Pasir Reungit. 
Jalur Cidahu, Sukabumi Salah satu jalur yang sering dipakai oleh pendaki gunung adalah dari Wana Wisata Cangkuang, Kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi. Dari Jakarta menuju ke tempat ini dapat menggunakan bus jurusan Sukabumi atau kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi kemudian turun di Cicurug. 

Selanjutnya dari Cicurug sambung dengan mobil angkot jurusan Cidahu. Dari tempat ini ada dua jalur pendakian, yakni jalur lama yang menuju puncak I dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Wana Wisata Cangkuang sering digunakan menjadi perkemahan dengan pemandangan air terjun yang indah dan sering digunakan pendaki menuju ke Kawah Ratu. Dari jalur ini pula pendaki dapat menuju ke Puncak Salak I. 

Di pintu masuk Wana Wisata ini terdapat tempat yang nyaman untuk berkemah, juga terdapat banyak warung makanan. Dari jalur ini dapat menuju Kawah Ratu, waktu yang  diperlukan adalah sekitar 3-5 jam perjalanan. Sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan sekitar  8 jam perjalanan. Dari perkemahan menuju shelter III memiliki jalur awal curam, kemudian lembab dan basah. Pada musim hujan jalur ini merupakan jalur licin dan curam, perjalanan tertolong oleh akar-akar pohon. Pada shelter ini terdapat sungai yang jernih dan terdapat tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda dengan pemandangan hutan tropis yang lebat. Menuju shelter IV, jalur semakin curam. Jalur ini berupa tanah merah. 

Di beberapa tempat, kamu akan melewati beberapa tempat becek sedalam dengkul kaki. Pada jalur ini juga pendaki akan melewati dua buah sungai yang jernih airnya. Untuk pendakian jalur ini sebaiknya mengambil air jernih di sini karena pada musim kemarau sungai ini menjadi sumber air bersih terakhir. Sehelter IV merupakan persimpangan jalan. Untuk menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. 

Di shelter ini memiliki area yang cukup luas untuk membangun tenda. Menuju Kawah Ratu Dari Shelter IV menuju Kawah Ratu diperlukan waktu sekitar 1 jam. Kawah ratu terdiri dari 3 kawah, Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu merupakan kawah aktif yang secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang. Di tempat ini dilarang mendirikan tenda dan dilarang minum air belerang. Menuju Puncak Gunung Salak Dari Sehleter III menuju shelter IV akan membutuhkan waktu 1 jam. 

Perjalanannya akan melintasi akar-akar pohon yang tertutup tanah lunak sehingga kaki bisa terpelosok. Dari tempat ini akan terlihat Kawah Ratu dengan sangat jelas.  Setelah melewati sungai kecil dan tempat yang sangat luas, pendaki berbelok ke kanan. Kemudian  berjalan ke kiri mengikuti pagar kawat berduri. Jalur ini sangat sempit, sedikit turunan, agak landai, juga curam. Pada sisi kiri dan kanan jalan berupa jurang yang curam dan dalam. Pada jalur ini ditutupi rumput dan pohon. 

Satu jam melintasi jalur ini pendaki akan melintasi akar-akar pohon dan bebatuan. Jalur shelter V sedikit menurun kemudian kembali menajak  tajam. Pendaki akan memanjat tebing batu curam. Menuju shelter VI memerlukan waktu sekitar 1 jam, jalur semakin curam dan sempit sehingga tidak ada waktu untuk beristirahat. Pada shelter VII pendaki perlu waktu sekitar satu jam untuk mendaki punggung gunung yang semakin menanjak. Pada jalur ini pendaki akan banyak melintasi akar pohon sehingga bila angin bertiup pendaki akan ikut bergoyang. Dari sini hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menuju puncak Gunung Salak I, jalur ini sudah tidak terlalu curam. 

Sampailah pada puncak Gunung Salak I, Puncak Gunung ini masih banyak ditumbuhi pohon-pohon besar. Tempatnya sangat luas dan dapat digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Di puncak ini terdapat beberapa makam kuno, diantaranya makam Embah Gunung Salak yang nama aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah. Tidak jauh dari makam Embah Gunung Salak, terdapat makam kuno yang lain, yakni makam Raden Tubagus Yusup Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah. Di puncak Gunung Salak I ini juga terdapat sebuah pondok yang sering digunakan oleh para penjiarah untuk menginap.
Pendakian Gunung Salak Via Cidahu Sukabumi


Muhammad Chamdun

Pecinta Alam, Mulailah dari hal-hal kecil

Untuk menjadi Pecinta Alam tidaklah harus dengan masuk dan mendaftar jadi anggota suatu kelompok, ikatan, atau organisasi pecinta alam dulu. Menjadi pecinta alam dapat kita mulai dari hal-hal kecil di sekitar kita. Misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, itu juga sudah merupakan langkah positif untuk menjadi seorang pecinta alam. 

Dalam hal ini saya tidak menghakimi pecinta alam yang berorganisasi. Jika anda mau masuk dan bergabung menjadi anggota suatu organisasi pecinta alam, maka anda wajib mendaftar dan mengikuti pendidikan di dalamnya. Namun kali ini saya hanya berbagi bagaimana langkah yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian alam.  

Tindakan-tindakan lainya yang dapat kita lakukan misalnya dengan menanam pohon di sekitar rumah kita, buatlah sebuah "hutan" kecil di sekitar rumah anda. Selain dapat menambah keindaha, juga dapat menambah suplai oksigen ke lingkungan rumah anda sehingga rumah anda bertambah sejuk dan sehat. 

Jika lingkungan sekitar rumah anda tidak memungkinkan untuk anda membuat "hutan" kecil tersebut, maka buatlah atau belilah beberapa pot tanaman sehingga dapat memperindah dan memperindang lingkungan di sekitar tempat anda tinggal. 

Hal yang saya sukai adalah dengan menanam tanaman produktif di sekitar rumah saya, di halaman rumah saya terdapat satu pohon kelapa, dua pohon mangga, satu pohon jeruk, satu pohon nangka ( masih muda ), satu pohon jambu biji dan satu pohon salak (liar) dan beberapa pohon cabai rawit. Dengan tanaman-tanaman tersebut tentu saja akan menambah nilai ganda, selain dapat membuat sebuah "hutan" kecil, kita juga mendapatkan manfaat berupa buah  yang di hasilkan tanaman tersebut. 

Namun bagi anda yang tidak mempunyai lahan yang cukup seperti lingkungan saya di desa, maka minimal anda meletakkan beberapa tanaman misalnya dengan pot di lingkungan tempat tinggal anda. Percayalah bahwa langkah kecil dapat membawa perubahan, dari pada anda tidak berbuat apa-apa sama sekali. Menjadi Pecinta Alam dengan mulai mencintai alam, mencintai sebagai rasa terimakasih atas semua yang Tuhan berikan melalui alam-Nya. 

Salam Lestari dari samping rumah saya . 

Berjalanlah untuk Alam

Berjalanlah untuk Alam
Kita para pecinta ataupun penggiat alam mungkin kurang menyadari bahwa apa yang kita lakukan akan membawa dampak negatif bagi alam. Misalnya dengan kita mendaki gunung maka tidak bisa dihindari gunung yang kita daki tersebut akan menerima dampak buruk. Hal yang paling sederhana misalnya pendaki yang tidak tau hakikat mendaki, mereka biasanya membuang sampah sembarangan semau diri mereka sendiri. Mereka menikmati keindahannya tapi tidak mau menjaganya.

Kemudian contoh lain yaitu jika kita berjalan melewati jalur pendakian, tentu saja tanah yang kita pijak dan tumbuhan di sekitarnya pasti akan menerima dampak negatif. Sungai yang jernih juga tidak luput dari tangan kotor para pendaki yang belum memahami bagaimana mereka harus mendaki. Ingatlah kawan, Alam ini hanya titipan untuk anak cucu kita nanti. Biarkan mereka menikmati apa yang dapat kita nikmati saat ini. 

Lalu apa arti kalimat Berjalanlah untuk alam, berjalanlah untuk alam saya artikan bahwa setiap kita melakukan kegiatan di alam, maka berikanlah apa yang alam berikan kepada kita. Sesuatu yang tak ternilai dan tak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata. Saat dimana alam menyapa, kita hanya terdiam dan termenung, berbicara dari hati ke hati bersama alam, di saat hanya ada  Tuhan, aku dan alam. 

Hal sederhana yang kita bisa berikan adalah kita berusaha agar tidak merusaknya. Namun hal yang lebih bermanfaat adalah kita menjaganya dari yang merusaknya, contoh kecil adalah kegiatan bersih gunung atau sapu gunung. Kemudian penanaman pohon atau reboisasi. Jika alam bisa berbicara, mungkin alam akan berbisik pada kita, terimakasih telah bersahabat denganku. 

Tidak peduli diri anda menamakan diri sebagai apa, Pecinta Alam, Penggiat Alam, Pendaki Gunung, menjaga alam merupakan tanggung jawab kita semua kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengamanahkan alam yang indah ini kepada kita, untuk kita nikmati, kita manfaatkan dan kita jaga kelestarianya. Jangan rampas hak anak cucu kita untuk merasakan apa yang kita rasakan kepada alam ini , dengan merusaknya. 

Salam Lestari.

Pendakian Gunung Arjuno Via Lawang

Pendakian Gunung Arjuno Via Lawang
Pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang info Pendakian Gunung Arjuno Via Lawang. Gunung Arjuno terletak di kabupaten Malang, gunung ini tercatat sebagai gunung bertipe Strato vulkano dengan ketinggian 3.339 mdpl. Untuk mendaki Arjuno Via Lawang, maka anda harus menuju desa Wonorejo. 

Sebelum melakukan pendakian, anda wajib melakukan registrasi dulu kepada petugas PHPA untuk mendapatkan izin pendakian. Perlu anda ketahui bahwa selama pendakian di jalur ini tidak terdapat sumber air, maka anda harus mempersiapkanya dari sini.

Perjalanan dari POS I di Desa Wonorejo bentuk jalurnya masih cukup landai karena masuk area peralihan dari kebun teh ke hutan hujan tropis dengan tingkat kemiringannya itu sekitar 20 sampai 30 derajat. Dibutuhkan sekitar 1 jam sampai 1,5 jam perjalanan untuk melewati medan tersebut, untuk kemudian disambut oleh kawasan padang rumput (savana)

Jalur selanjutnya adalah padang rumput yang cukup terkenal yaitu Oro-oro Ombo. Di tempai ini jarang ada pohon sehingga suhunya bisa jadi sangat panas jika anda mendaki di musim kemarau. Namun tempat ini cocok untuk anda mendirikan tenda dan beristirahat.

Setelah anda melewati Oro – Oro Ombo, untuk menuju puncak masih butuh waktu sekitar 5 sampai 7 jam. Setelah anda melewati Oro-oro Ombo, maka anda akan sampai di Pondok Alang – Alang. Tempat ini juga bisa anda gunakan untuk istirahat sejenak. Dari post ini, kalian akan menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan untuk mencapai hutan Lali Jiwo yang terkenal itu.

Di area ini jalur akan mulai terjal, namun pemandangan yang alam Hutan Lali Jiwo sajikan kepada anda sangatlah memukau. Hutan Hujan tropis yang sangat cantik yang jarang anda temui di Hutan lain. Setelah melangkah melanjutkan pendakian kurang lebih 90 menit anda akan tiba di kawasan batuan cadas. Berhati-hatilah ditempat ini karena anda bisa terpeleset karena licinya medan dan juga jalur yang terjal.

Setelah berjuang sekitar 2 jam, maka langkah kaki anda akan menapaki Puncak Arjuno. Puncak ini terdiri dari batuan cadas. Dari puncak Arjuno anda bisa melihat puncak gunung Semeru, gunung Anjasmara dan Gunung Kawi, gunung Welirang dan gunung Penanggungan di Sebelah Utara.

Catatan :
untuk menuju jalur Lawang di Desa Wonorejo, jika anda dari arah Surabaya, maka anda bisa naik Bus ke arah Malang dan turun di Lawang. Jika anda dari arah Malang maka dari terminal Arjosari anda bisa naik minibus ke arah Lawang. Dari situ anda bisa melanjutkan dengan menyewa mobil ataupun naik ojek menuju desa Wonorejo

Salam Lestari dari Lali Jiwo.

Puncak Bukanlah Tujuan Utama

Puncak Bukanlah Tujuan Utama
Saat banyak orang bertanya pada kita bahwa apakah kita naik gunung selalu sampai ke puncak? saya jawab ya, karena memang saya selalu berusaha untuk mencapai setiap puncak Gunung-gunung yang saya daki, Tetapi apakah puncak tujuan utamanya ? tentu saja bukan. Lalu kalau bukan puncak, dimanakah sebenarnya tujuan kita naik gunung ? maka saya jawab adalah rumah kita sendiri.

Semua orang yang naik gunung mungkin mengingikan untuk bisa menapakkan kaki di puncak, tapi ingatlah bahwa rumah kita adalah tempat kita kembali. Jangan pernah memaksakan untuk mencapai puncak jika memang kondisi tidak memungkinkan. Tetaplah ingat bahwa keluarga kita menanti kita pulang membawa sebuah kabar baik dan cerita yang seru, menyenangkan serta menegangkan.

Namun saya juga tidak memungkiri bahwa tujuan dan usaha kita mencapai puncak akan melatih kita untuk pantang menyerah dalam mengusahakan sesuatu yang berharga. Memang benar, saya sendiri sering meyakinkan diri saya untuk tetap melangkah menuju tempat yang menjadi tujuan dari sebuah pendakian, yaitu puncaknya. Tetapi semua itu bisa kita lakukan dalam kondisi yang memungkinkan, saya menyarankan agar tidak terlalu memaksakan diri. 

Hal yang paling pantang dilawan adalah cuaca buruk. Jika cuaca tidak memungkinkan kita untuk melanjutkan perjalanan, maka berhentilah dan tunggulah cuaca membaik. Jangan sampai rencana refreshing dan pendekatan kepada alam berubah menjadi bunuh diri masal karena memaksakan pendakian saat cuaca tidak memungkinkan. 

Takkan lari Gunung di kejar, takkan pergi Gunung di daki. Cintailah nyawa kita seperti kita mencintai Gunung yang kita daki. Ingat bahwa nyawa kita hanya satu, dan masih ada waktu untuk melakukan pendakian di lain waktu. Rumah tetaplah tempat kita kembali. 

Safety first dan Salam lestari.  

Pendakian Gunung Prau Via Patakbanteng Wonosobo

Pendakian Gunung Prau Via Patakbanteng Wonosobo
Kali ini saya akan membahas pendakian ke Gunung Prau Via Patakbanteng Wonosobo, Gunung Prau memang tidak terlalu terkenal seperti Gunung lainya. Gunug yang kondang dengan bukit Teletubiesnya ini terletak di kawasan wisata Dieng, maka saya sarankan jika anda berkunjung ke Dieng untuk berkunjung ke Gunung Prau. Jalur ini merupakan jalur paling pendek untuk mencapai puncak Gunung Prau.

Jika anda berangkat dari Jakarta, pilihlan Bus Jurusan Wonosobo, kemudian turun di pertigaan menuju Dieng sebelum terminal Mendolo, kemudian naiklah minibus jurusan Dieng dengan tarif sekitar Rp. 15.000,- per orang. Basecamp Patakbanteng beralamat di Jalan Raya Dieng KM 24, jadi sekitar 24 KM dari Kota Wonosobo, atau bisa di tempuh sekitar 1 jam perjalanan.  Basecamp terletak di Balai Desa Patakbanteng, di sini anda dapat menitipkan kendaraan ( jika anda menggunakan sepeda motor ) dengan tarif Rp. 1.000,- per motor dan untuk retribusi hanya Rp. 4.000,- untuk satu orang. 

Jalur yang pertama kita lewati adalah jalur bebatuan yang ditata rapi dan masih cukup datar. setelah melewati jalan tersebut, maka anda akan menemukan jalan setapak, masih cukup datar dan belum terlalu terjal. Setelah anda melewati POS I dan menuju ke POS II, jalan akan mulai menanjak dan jika jalan sedang atau habis terguyur hujan, maka akan cukup licin, maka anda harus berhati-hati melewatinya. 

POS III sampai ke puncak, anda akan mendapat tangtangan lebih karena jalur akan semakin curan dan sedikit bonus. Perjalan normal menghabiskan waktu 2,5 sampai 3 jam, tergantung kecepatan berjalan kita dan banyaknya waktu yang kita habiskan untuk istirahat. Di Puncak Gunung Prau, jika cuaca bersahabat maka anda akan mendapatkan pemandangan dari beberapa Gunung lain, mulai dari Lawu, Merbabu, Merapi, Sindoro dan Sumbing yang begitu gagah dan indahnya.     

Salam Lestari. 

Pendakian Gunung Semeru

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl, puncaknya biasa di sebut Mahameru. Salah satu gunung yang sangat diminati pendaki, salah satunya karena sebuah film yang tayang beberapa waktu lalu. Anda akan betah digunung ini karena pemandangannya yang indah. Terutama disekitar Ranu Kumbolo. Desa terakhir yang kita lewati untuk menuju puncak Mahameru adalah desa Ranu Pane. 

Untuk menuju Ranupane bisa dari kota Malang atau Lumajang. Dari terminal Kota Malang anda bisa naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Dilanjutkan dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang. Di Ranu Pane terdapat Pos pemeriksaan, warung dan pondok penginapan. Anda juga bisa bermalam di Pos Penjagaan. 

Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni danau (ranu) Pani dengan luas sekirat 1 ha dan ranu Regulo dengan luas 0,75 ha. Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl. Ada dua jalur yang dapat anda tempuh dari Desa Ranu Pane menuju Mahameru. Tetapi kedua jalur tersebut akan bertemu di Ranu Kumbolo.  Jalur Pendakian Gunung Semeru via Watu Rejeng dan via Gunung Ayek-Ayek.  

Biasanya bagi pendaki yang baru pertama kali ke gunung Semeru akan sulit menemukan jalur pendakian, kadang malah hanya berputar disekitar desa Ranu Pane. Sebaiknya setelah menemukan gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. 

Jalur awal yang kita lalui cukup landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi tumbuhan alang-alang.Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, kita ikuti saja tanda ini. Kadang terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga kita harus sering merundukkan kepala, tas keril yang tinggi sangat tidak nyaman.  

Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, kita akan sampai di Watu Rejeng. Kita akan melihat batu terjal yang sangat indah. Kita saksikan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Dari sini kita bisa menuju pos pendakian di Ranu Kumbolo yang masih harus kita tempuh dengan jarak sekitar 4,5 Km. 

Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek. Jika anda mau melintasi jalur ini maka setibanya anda di Ranu Kumbolo sebaiknya anda mendirikan tenda karena disini terdapat danau yang memiliki air bersih, dan juga pemandangan disini sangat indah. Biasanya pendaki akan betah berada disini, ditambah pemandangan matahari terbit disela-sela bukit.

Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 mdpl dengan luas 14 ha. Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kita mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang indah. Di depan bukit kita terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo yang dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus.

Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Selanjutnya kita memasuki hutan Cemara dimana kadang-kadang kita jumpai burung dan kijang. Disini terdapat banyak pohon tumbang sehingga kita harus melangkahi atau menaikinya. Daerah ini biasa disebut Cemoro Kandang. Dari Cemoro Kandang kita akan menuju Pos Kalimati yang berada pada ketinggian 2.700 mdpl, disini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat dan mempersiapkan fisik. Kemudian meneruskan pendakian pada pagi-pagi sekali pukul 24.00. 

Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati banyak terdapat tikus gunung bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan dalam satu tempat yang aman. 

Untuk menuju Arcopodo kita berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya anda menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. 

Arcopodo berada pada ketinggian 2.900 mdpl. Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya kita akan melewati bukit pasir. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam dengan langkah santai, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya kita tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air. 

Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Di puncak Gunung Mahameru (Semeru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. 

Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celcius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Jalur Pendakian Ayek-Ayek Puncak Mahameru bisa juga ditempuh melalui jalur pintas yaitu Jalur Gunung Ayek Ayek. Namun tidak disarankan karena Jalur ini biasanya dipakai oleh pendaki lokal, kondisi jalur sangat curam dan cukup berbahaya. 

Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor. kemudian saya sarankan untuk menjaga kebersihan Gunung Semeru, khususnya kawasan Ranu Kumbolo. Bawalah kembali sampah anda dan jaga semeru untuk anak cucu kita. 

Salam Lestari.
Save Semeru
Thaks to bang Muhammad Chamdun

Pendakian Gunung Lawu Via Cemoro Sewu

Pendakian Gunung Lawu Via Cemoro Sewu
Gunung Lawu, Gunung yang terkenal dengan warung Mbok Yem-nya ini merupakan Gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur. Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl ini memili dua Jalur Pendakian yang populer yaitu Jalur Cemoro Sewu yang terletak di Kabupaten Magetan Jawa Timur dan Jalur Cemoro Kandang yang terletak di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. 

Di luar dua Jalur tersebut masih ada jalur pendakian yaitu Cetho yang melewati Candi Centho yang merupakan candi peninggalan Brawija V, Jalur Tambak yang masuk Jawa Tengah atau Jalur Jogorogo yang masuk Kabupaten Ngawi Jawa Timur. 

Jalur Cemoro Sewu berjarak tidak terlalu jauh dari jalur sebelahnya yaitu Cemoro Kandang. Jalur ini didominasi oleh jalan bebatuan yang di susun menyerupai anak tangga. Jalur ini sering digunakan oleh para peziarah pada malam satu suro untuk napak tilas perjalanan Prabu Brawijaya V. 

Di Basecamp Cemoro Sewu kita dapat menitikan kendaraan kita, misalnya anda menggunakan sepeda motor dengan tarif Rp. 5.000,- permalam.  Kemudian lakukan pendaftaran dan pembayaran retribusi sebesar Rp. 7.500,- (waktu itu ). 

Jalur yang ada di Cemoro Sewu adalah jalan bebatuan yang sudah kita pijak saat melewati pintu gerbang. Kemudian jalur akan mulai terbuka dan rerumputan di kiri-kanannya. Dalam perjalanan menuju POS I anda akan menemui mata air yang biasa di sebut Sendang Wesanan. Jalan yang di lewati selanjutnya akan semakin menyempit dari jalan sebelumnya. Di POS I juga biasanya ada warung yang bisa anda singgahi untuk melepas lelah. 

Jalur menuju POS II akan lebih menanjak di bandingkan jalan sebelumnya. Jalan yang dilalui masih terdiri dari batu yang di tata rapi , mirip seperti anak tangga. Sekitar 1 jam dari POS II anda bisa sampai di POS III, biasanya banyak pendaki yang berkemah di POS III ini. 

POS IV dapat anda capai seletah satu setengah jam dari POS III dengan melewati jalan yang terdapat bebatuan besar di sisi jalanya, di POS IV ini juga dapat anda gunakan untuk berkemah karena tempatnya cukup luas. Di tempat ini anda dapat melihat indahnya malam di kota Magetan dan Telaga Sarangan di malam hari. 

Jika anda tetap melanjutkan perjalanan, 1,5 jam dari POS IV anda akan sampai di POS V. POS V merupakan POS terakhir sebelum kita mencapai warung legendaris, warung Mbok Yem. POS ini juga cukup luas untuk dapat anda gunakan untuk mendirikan tenda dan bermalam. Di sini juga masih terbentang pemandangan indah Kota Magetan di malam hari. 

Warung Mbok Yem dapat di temui dengan melewati jalan yang berbatu. Di POS ini juga ada lembah dengan sabana. Ambilah jalan setapak yang ada di bawah sebuah papan yang bertuliskan POS 5. Setelah 1,5 sampai 2 jam anda akan sampai di Warung Mbok Yem di Hargo dalem, kemudian Puncak Lawu yaitu Hargo Dumilah dapat di tempuh sekitar 10-15 menit dari Warung Mbok Yem. 

Salam Lestari.   
  

Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan Purbalingga

Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan Purbalingga
Gunung Slamet merupakan Gunung tertinggi di Jawa Tengah, dengan ketinggian 3.432 mdpl, Gunung ini merupakan Gunung tertinggi kedua di pulau Jawa seterlah Gunung Semeru. Gunung ini berbentuk strato/kerucut dan memiliki kawah yang masih sangat aktif. Gunung ini kembali bergejolak beberapa bulan yang lalu sehingga jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet sementara ini masih ditutup, namun kemungkinan dengan menurunya aktivitas Gunung Slamet, kabar yang saya dengar adalah jalur pendakian akan dibuka kembali pasca lebaran.

Untuk mencapai puncak Gunung Slamet, tersedia 3 Jalur pendakian yang bisa kita lewati. Jalur pertama yaitu dari arah utara via Gambuhan Jurangmangu, kemudian dari arah selatan via Baturraden Gunung Malang, dan via timur yaitu jalur Bobotsari Bambangan. Jalur yang direkomendasikan adalah Jalur Gambuhan dan Bambangan. Jalur Baturraden tidak dianjurkan karena medanya berbahaya dan banyak rumput liarnya.

Untuk menuju Jalur Bambangan, kita dapat menggunakan bis jurusan Bobotsari Purbalingga turun di terminal Bobotsari jika kita dari arah Kota Purwokerto. Kemudian kita melanjutkan perjalanan menuju pasar Priatin Desa Kutabawa Kecamatan Karangrejo atau di Penjangan, kemudian berjalan 3 KM menuju Bambangan.

Jika kita dari arah Kabupaten Pemalang, maka kita bisa naik Bis jurusan Purwokerto, kemudian turun di Karangrejo, pertigaan ke Goa Lawa, kemudian melanjutkan dengan naik minibus menuju Priatin.

Dusun Bambangan merupakan dusun terakhir menuju puncak Slamet, di sini kita bisa melengkapi perbekalan untuk pendakian kita nantinya. Kita dapat beristirahat atau bermalam di Pondok Pemuda di Dusun Bambangan ini dan jangan lupa untuk melapor ke petugas setempat. 

Perjalanan dimulai dari Pondok ini kemudian pilihlah Jalur yang lurus jika kita menginginkan jalur yang lebih pendek. Kita akan melewati perladangan penduduk sampai kita menemui sebuah tempat peristirahatan. Kemudian kita akan menemukan tempat peristirahatan yang di sebut Pondok Gembirung, tempat ini memiliki ketinggian sekitar 2.250 mdpl yang merupakan hutan yang banyak ditumbuhi pohon gembirung.

Setelah melewati Pondok Gembirung kita akan menjumpai sebuah pondok lagi yaitu Pondok Walang, setelah berjalan beberapa ratus meter kita akan menemui pondok lagi yaitu Pondok Cemara yang banyak ditumbuhi pohon cemara. Setelah berjalan sekitar 2 km dari Pondok Cemara kita akan menemui lagi Pondok Samanrantu, pondok dengan ketinggian sekitar 2.900 mdpl ini bisa kita gunakan untuk beristirahat sejenak. Waktu yang di tempuh dari Basecamp Bambangan sampai di sini sekitar 5 jam.

Dari Samanrantu pendakian dilanjutkan menuju Samyang Rangkah, biasanya di musim hujan ada mata air. Perjalanan berlanjut menuju Samyang Kendit dan Samyang Jampang yang di tumbuhi edelweiss dan kita bisa melihat sunrice di tempat ini, kemudian akan melewati Samyang Ketebonan, tempat ini sudah memiliki ketinggian sekitar 3.000 mdpl.

Perjalanan berlanjut menuju ke Plawangan,di sini kita akan keluar dari hutan dan mulai berjalan di tanah berbatu. Setelah melanjutkan perjalanan sekitar 1 jam lebih , kita akan sampai di Puncak Gunung Slamet. Di sini kita akan disuguhi pemandangan Segoro Warian dan Segoro Wedi. Di puncak kita dapat menyaksikan Puncak Gunung-gunung lainya, bahkan Samudra Hindia juga bisa kita lihat jika cuaca cerah.

Total waktu pendakian dari Basecamp Bambangan sekitar 8-10 jam, tergantung irama kita dalam berjalan dan manajemen waktu kita. Untuk turun sekitar 4-5 jam.

Salam Lestari.

Untuk apa aku naik gunung ?

Mungkin itu pertanyaan yang sering terfikir dari dalam benak kita, manusia-manusia yang cinta menjelajahi keindahan negeri ini. Keindahan yang tidak akan pernah kita dapatkan di negara lain dimanapun di dunia ini. Kemudian apakah tujuan kita mendaki ? melepas penat dari rutinitas dan pekerjaan sehari-hari yang tak pernah habis-habisnya ?, atau menikmati keindanya saja?,  Tapi apakah tujuan kita hanya itu saja ?, saya rasa tidak, banyak teman saya yang mengatakan tujuan mereka mendaki gunung adalah mencari jati diri dan mengenali sifat alamiah kita sebagai manusia.

Saat kita berada di alam bebas, kita tidak bisa menutupi sifat kita yang sebernarnya, ke-egoisan kita, sifat emosional kita akan mudah muncul jika kita berada di alam bebas. Di saat keadaan yang tidak menguntungkan bagi diri kita masing-masing, disinilah kepedulian kita terhadap teman kita akan di uji. Siapa yang akan kita dahulukan? keselamatan diri kita sendiri atau teman kita ?.

Semua itu akan kembali kedalam diri kita masing-masing. Hal terpenting saat kita melakukan pendakian bukanlah menaklukan gunungnya, tetapi diri kita sendiri. itu yang di katakan sang pemuncak everest yang pertama. Kalimat tersebut sangatlah tepat menurut saya, karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengendalikan diri kita pada keadaan yang tidak menguntungkan kita semua. 

Kekompakkan dan kerjasama tim harus kita utamakan saat dalam pendakian. Ke-egosian harus di buang jauh-jauh, dan tanggung jawab dalam tim harus di utamakan. Kita berangkat bersama dan kitapun kan pulang bersama. Kita berpijak pada tanah yang sama, kita akan di kembalikan ke tanah yang sama. Tanah Air Indonesia.  

Belajarlah dari alam, belajarlah dari langkah kaki kita. Gunung akan mengajarkan bagaimana kita tidak boleh putus asa dalam melangkah dan menjalani hidup ini. Gunung mengajarkan bagaimana kecilnya kita dibandingkan dengan Keagungan Tuhan beserta ciptaan-Nya. Maka masih pantaskah kita menyombongkan diri dengan apa yang ada pada diri kita. 

Semoga bermanfaat untuk saya, anda dan kita semua.
Salam Lestari.