Banyak penyataan ataupun anggapan yang mengatakan bahwa "Suami Ideal adalah Pendaki Gunung". Namun apakah kalimat tersebut mempunyai dasar yang jelas kenapa Pendaki Gunung bisa di sebut sebagai suami ideal. Mungkin anggapan tersebut benar, jika Pendaki Gunung mempunyai beberapa sifat sebagai berikut :
- Tanggung Jawab.Seorang suami adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam banyak hal, terutama keluarganya yaitu istri dan anaknya atau bahkan orangtuanya. Sama halnya dengan seorang Pendaki Gunung dia juga harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, baik pada diri sendiri, teman maupun tanggung jawab pada alam.
- Leadership.Dalam rumah tangga seorang suami tentunya harus menjadi pemimpin atau imam yang baik, yang bisa di taati oleh istrinya dan menjadi panutan anak-anaknya. Serupa dengan Pendaki Gunung, kita juga harus memiliki dan menjada sifat leadership jika kita memang menjadi ketua tim pendakian, namun jika tidak pun kita tetap harus memimpin diri kita sendiri, terutama dalam hal mengalahkan egoisme.
- Mandiri.
Seorang suami yang sudah menikah hendaknya sudah benar-benar mandiri, karena sekarang dia berkewajiban menghidupi anak dan istrinya. Namun memang tidak semua suami sudah mandiri, jika memang nikab bertujuan untuk ibadah, tanpa menunggu mandiripun tetap harus dilaksanakan. Kalau untuk seorang pendaki Gunung, mandiri merupakan salah satu perioritas, bagaimana kita hidup di alam yang jauh dari dukungan sanak famili. Kita dituntut untuk bisa mandiri dan tidak banyak merepotkan teman kita yang lain.
- Pantang menyerah.
Membangun suatu rumah tangga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Berumah tangga membutuhkan sebuah sifat pantang menyerah, karena untuk menyatukan persepsi dan banyak perbedaan lainya, tentu membutuhkan banyak pengorbanan dan banyak ujian yang harus di lewati.
Seperti halnya mendaki gunung juga di butuhkan sifat pantang menyerah, karena saat kita sudah begitu lelah melangkah namun tujuan masih jauh dan kita menyerah, maka kita sudah kalah dengan diri kita sendiri, namun memang jika kondisi tidak memungkinkan, maka pendakian hendaknya tidak dilanjutkan atau di tunda. Di tunda maupun tidak dilanjutkan disini tentunya berbeda arti dengan menyerah. - Tidak egois.
Saat berumah tangga tentunya banyak perbedaan pemikiran antara suami dan istri, hal ini dapat menimbulkan masalah jika kedua-duanya kukuh dengan pendapatnya masing-masing. Namun jika salah satu mengalah dan menuruti kemauan pasangan kita, maka hal ini tidak akan berdampak buruk, jika keputusan yang diambil.
Jika anda sudah memenuhi 6 kriteria di atas, mungkin anda memang suami atau calon suami ideal. Semoga anda yang sudah menemukan jodoh akan di beri kelanggengan dan keharmonisan, dan untuk anda yang masih jomblo, semoga lekas mendapatkan jodoh yang terbaik, kalau bisa juga pendaki gunung, biar bisa naik gunung bersama-sama.
Ada juga pepatah yang berkata "Jodoh itu seperti mendaki Gunung, pilih dia yang mau menemanimu dari bawah, bukan yang menunggumu di puncak". Maksudnya adalah memilih jodoh yang mau bersama kita saat kita belum punya banyak harta dan kejayaan, dia yang mau bersama kita saat kita hidup susah dan mau berjuang bersama, bukan yang menunggu kita saat kita sudah banyak harta dan berada di puncak kejayaan.
Ada juga pepatah yang berkata "Jodoh itu seperti mendaki Gunung, pilih dia yang mau menemanimu dari bawah, bukan yang menunggumu di puncak". Maksudnya adalah memilih jodoh yang mau bersama kita saat kita belum punya banyak harta dan kejayaan, dia yang mau bersama kita saat kita hidup susah dan mau berjuang bersama, bukan yang menunggu kita saat kita sudah banyak harta dan berada di puncak kejayaan.
Terima kasih dan semoga bermanfaat, semoga anda menemukan cinta sejati anda di pendakian gunung.
Saya suka dengan quote di alinea terakhir, sangat bermakna..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete